Qlambu: Cerita tentang Sebuah Tempat Bernaung


Aku selalu suka cerita. Cerita-cerita sebelum aku hadir juga cerita-cerita saat aku masih terlalu kecil untuk mengungkapkan pendapat dalam postur badan yang lebih kecil lagi dari sekarang, bayi. Yangpa, maksudku, papanya Ibu, sekitar tahun 2015 punya rencana mulia. Membuat sebuah rumah dalam bentuk market place untuk para pengrajin di Indonesia yang diberi nama Qlambu. Websitenya sudah ada, tetapi isinya tak lebih dari 5 penjual. Tak lain dan tak bukan adalah teman-teman Yang Pa. Ibu masih sibuk sekolah, katanya rencana habis lulus ya: kerja, kayak orang-orang dewasa lainnya.

Menikah di tahun 2017, Ayah dan Ibu langsung diberi amanah sebagai teman bermainku. Kata Ibu, idealismenya kuat untuk mengasuhku sepenuhnya di rumah. Namanya juga Ibu, kelamaan di rumah dan menunggu waktuku bangun tidur, ibu mati gaya. Di tahun 2019, Ibu mulai nanya-nanya ke Yang Pa perihal Qlambu, setidaknya Ibu berpikir ini bisa menjadi tempat Ibu berkegiatan. Karena untuk menjadi engineer yang kerja di kantor, “Ini sudah tidak memungkinkan,” kata Ibu.

Tepat saat pandemi covid-19, iya virus dengan gigi tajam menyeringai dan banyak spike di sekitar tubuh bolanya, Maret 2020 Ibu benar-benar niat mengambil alih Qlambu. Ada diskusi panjang lebar tentang rencana, tetapi yang paling pasti, Ibu terilhami produk Nike: just do it! Mulai dulu.

Semua lini dicoba. Dari mulai menghubungi pengrajin yang pernah membuat wadah untuk cincin perkawinan Ayah dan Ibu sampai memasukkan barang-barang milik tanteku sendiri. Kebanyakan yang dijual Ibu adalah homedecor dan table ware.

Bukan Ibu namanya kalau tidak sampai penasaran mengembangkan produknya. Untuk mengisi harinya, Ibu terlibat juga dalam desain. Beragam material dari mulai acrylic, tembaga dan kaca, semuanya dicoba oleh ibu. Ditangan Ibu, benda-benda ini bertransformasi menjadi laci dan beragam tempat penyimpanan. Untuk perihal sirkulasi produk, Ibu mengandalkan pertemanannya yang membantu Ibu melalui sistem mouth to mouth marketing.

Salah satu yang disukai Ibu, oh Rara nama ibuku, adalah mengobrol dan mendengar pendapat pelanggannya. Waktu itu, Ibu menggunakan media sosial Qlambu sebagai telinganya untuk aspirasi diversifikasi produk. Lucu-lucu. Ada yang menyarankan Ibu membuat vas. Ada pula yang menyarankan Ibu untuk membuat mainan kayu dengan contoh spesifik berupa burger-burger-an dan tipe mainan tumpuk lainnya. Ibu bengong karena belum pernah terbersit ide untuk membuat mainan kayu sama sekali.

Riset merupakan sebuah hal yang Ibu gemari. Setelah riset mainan kayu dari berbagai penjual yang ada di pasaran, juga memiliki kontak pengrajin kayu; Ibu cukup percaya diri mengeluarkan produk mainan pertamanya: bear stacker. Mainan ini keluar menjadi produk mainan kayu pertama Ibu setelah serah terima Qlambu dari Yang Pa 5 bulan sebelumnya. Mungkin hari itu, mungkin kalau sudah bisa, aku akan membisikkan di telinganya, “Awesome, Bu!”

Gigi (Sumber: Qlambu)
Mengenal Lapisan Gigi (Sumber: Qlambu)

Semenjak itu Ibu semakin sering desain-desain, kutak-katik, ke pengrajin, menunggu barang sampai di rumah, amplas-amplas, cat-cat terus bungkus-bungkus. Kata Ibu, “Itu pesenan orang-orang yang mau beli maianan ibu untuk anaknya, untuk keponakannya, untuk kado, bahkan ada yang beli untuk di taruh di sekolah dan klinik dokter gigi mereka.” Mainan yang paling disukai orang-orang sepanjang masa adalah mainan kayu yang berbentuk organ tubuh dan kaca pembesar—Surya Kanta ibu menyebutnya. Kalau sedang sibuk kerja, aku akan ikut bantu-bantu ibu. Meskipun Ibu bilang itu artinya 3 kali lipat lebih lama dan lebih susah daripada Ibu mengerjakan semuanya sendiri atau dengan bantuan Asisten saja. Tetapi aku protes, aku juga bisa lho jadi asisten!

Qlambu kemudian menjelma menjadi mainan baru untuk Ibu. Setidaknya selain melihatku bangun tidur dan tersenyum, Ibu bisa melawan misogini terhadap dirinya sendiri. Qlambu, iya maksudnya sama dengan kelambu, itu tempat bernaung, penutup kasur dari nyamuk dan lain-lainnya. Qlambu yang dicita-citakan Yang Pa menaungi pengrajin Indonesia untuk selangkah lebih mudah memasarkan produknya. Setidaknya dari satu pintu yang dibuka pelan-pelan ibuku, Rara Ainun Fatima. Nama Qlambu yang merupakan penyatuan filosofi kelapa dan bambu, telah menjadi ikon dua material yang menyiratkan bahan ramah lingkungan. Meskipun diakui Ibu, Qlambu belum benar-benar bisa mempraktikkannya dalam bisnisnya. Paling enggak, buat aku lebih penting melihat Ibu bikin-bikin di dekatku, sambil senyum-senyum.

Beda Ibu, beda lagi cara pandang Ayah. Buat Ayah semuanya kalau sudah dimulai harus dilakukan dengan serius. Gak bisa chill aja gitu terus sudah. Titik. Suatu hari, tanpa sepengetahuan Ibu, Ayah mendaftarkan Qlambu ke salah satu perhelatan UMKM. Iya, lomba! Tahu-tahu Ibu kaget dapat surel yang isinya masuk ke 100 besar pemenang. “Apaan nih?!” mungkin begitu dalam hati Ibu.

Namanya juga usaha, ya ada naik gunung, ada juga turun bukit. Buat Ibu, jalan ajrut-ajrutan, oh, itu artinya jalan gak mulus, terjadi setiap kali kami pulang berlibur. Ibu akan terbuai romansa bermain bersamaku yang benar-benar bermain. Tanpa lihat HP, tanpa terima telepon, tanpa terima ini itu lainnya yang aku tahu itu pasti ada hubungannya sama anak ibu lainnya, Qlambu. Ibu seperti hidup dalam utopia yang rasanya bisa hidup tanpa bersentuhan dengan karyanya. Hanya aku. Karyanya yang bernyawa. Satu-satunya. Terlebih buaian ini diperkuat dengan masa-masa labil sewaktu pulang liburan, Ibu diberondong dengan permintaan atau keluhan tak berujung dari pelanggannya.

Kalau sudah begini Ayah comes to the rescue! Ibu akan punya sesi mengobrol saat aku sudah terlelap atau sebelum Ayah berangkat kerja dan aku belum bangun. Tentang Ibu dan kegalauannya untuk sampai keputusan bulatnya berhenti atau meneruskan Qlambu. Ayah hadir dengan fakta dan data tentang sesi menye-menye Ibu ini yang menurutnya hanya sementara. Saat ibu sudah moved on dari aura berlibur, ia akan mulai resah gelisah pada energi berlebihnya yang tidak dapat disalurkan melalui karya karena sudah terlanjur menutup buku sejarah Qlambu. Ayah tahu benar itu! Maka, Ibu akan datang lagi dengan ikat kepala dan semangat menggebu setelah menyadari strong why-nya dikuatkan oleh obrolannya bersama Ayah.

Dari yang kutahu, banyak usaha—kata Ibu UMKM namanya bentuk usaha seperti yang ia jalankan, gulung tikar saat pandemi datang. Tetapi ada yang berbeda dengan Qlambu yang justru punya titik melesat paling tinggi dalam kurun waktu 2020-2021. Untuk Ibu dan Qlambu, pandemi seperti membawa angin segar dalam karya-karyanya yang begitu mudahnya diterima. Orang-orang seperti lebih banyak menghabiskan waktu dengan belanja online saat itu. Berbeda dengan era sesudahnya yang sudah berangsur lebih baik dengan kelonggaran di sana-sini, sehingga membuat Ibu terus berusaha putar otak dengan pola yang berbeda lagi. Qlambu dan Ibu jadi bisa menclok ke sana kemari, dari satu event ke event lain, dari satu pameran ke pameran yang lain.

Sebagaimana namanya, Qlambu telah memainkan perannya dengan baik sebagai tempat bernaung Ibu, karyawan dan keluarga-keluarga yang menyambut mainan buatan ibu di rumah dan tempat mereka berkegiatan. Suatu hari tempat bernaung Ibu ini juga menjelma menjadi ruang belajar yang lain, kesabaran. Di sebuah tempat di mana Ibu menjual mainan Qlambu secara tidak permanen, mainan Ibu telah menarik hati seorang anak juga Bapaknya. Setelah bermain, si Anak mengembalikan mainan, si Bapak pun mengikutinya menaruh di rak. Nahas, mainan yang dikembalikan si Bapak tidak dalam posisi yang benar. Akibatnya, mainan itu jatuh dan pecah. Ibuku memang paling tidak suka ribut-ribut. Lebih baik rugi daripada membuat perkara. Kejadian itu memperlihatkan padaku bagaimana Ibu tetap berusaha tenang dalam keadaan yang memicu emosi besar, setidaknya untukku. Dengan sabar, Ibu mendengarkan semua saran dan kritik dari mulai membuat penanda barang pecah belah di dekat mainan sampai mengganti rak pajangan. Ah, Ibu! Aku baru tahu tempat bernaung itu ternyata bisa juga menghadirkan mata pelajaran model begini untuk Ibu, juga untuk kami, Aku dan Ayah.

Namanya juga baru memulai usaha, Ibu yang sarjana teknik lingkungan tentu ingin mempraktikkan ilmunya setidaknya dengan skala kecil. Waktu memulai pengiriman pertamanya, Ibu tidak perlu pikir panjang karena di seberang rumah kami ada konter JNE. Disanalah ibu mengirimkan cutlery set-nya tanpa packing yang banyak plastik dan selotipnya, hanya main cemplung ke dalam tas belanja kain. Sampai di sana, Ibu cerita kalau mas-mas di konter JNE ngasih tau kalau dia bisa saja menerima paket ini, tetapi tidak menjamin produknya aman karena dalam perjalanan mungkin akan terlempar atau tertimbun di dalam gundukan paket lainnya. Ibu menggangguk. Semenjak itu, Ibu belajar lagi untuk membuat paketnya aman dengan material yang setidaknya bisa digunakan ulang atau didaur ulang oleh pelanggannya. Tidak semua, tetapi setidaknya Ibu berusaha untuk itu.

Aku ingat rasanya menjadi anak paling kaya raya sedunia dengan kantong gendut ampau selepas lebaran untuk dibelanjakan di dalam toko mainan. Lalu pulang membawa kotak mainan yang aku pilih, membuka bungkusannya, memainkannya, tetapi terasa hampa waktu berhasil merangkainya. Berbeda dengan mainan buatan Ibu yang selalu kucari setiap bangun tidur dan mau tidur.

Aku dan Benua (Sumber: Qlambu)
Puzzle Benua (Sumber: Qlambu)

Mainan dari cerita Ibu, seharusnya memiliki fitur penting: menghubungkan pembuat mainan dengan konsumennya, juga menghubungkan satu pemain dengan pemain lainnya.

Sebagai pembuat mainan, Ibu selalu suka semuanya terkostumisasi. Spesifik. Juga estetik. Kadang Ibu dapat inspirasi dari kamar mandi, saat melamun di ojek, mau tidur, paling banyak setelah ngobrol-ngobrol dan main denganku, Rashaan—bocah umur 4 tahun!

Keren memang gambar mainan yang awalnya cuma corat-coret lalu diperjelas secara digital beserta ukuran, bisa benar-benar berwujud jadi mainan! Penting untuk Ibu, ia tak cuma senang karena membuat mainannya, tetapi karena ia tahu, bahwa setiap mainan yang dibuat juga membantu perekonomian para pengrajin kayu di daerah-daerah.

Cerita Qlambu adalah cerita Yang Pa, cerita Ibu, (sedikit) cerita Ayah, juga banyak ceritaku. Tempat kami berbagi kehangatan dengan karyawan, pengrajin, pelanggan, ekspedisi, reseller, stokis dan di antara kami. Keluarga. Tempat bernaung.

#JNE32tahun #JNEBangkitBersama #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness


Leave a comment