(Selalu ada) Alasan untuk Bolos Buat Corat-Coret di Blog


Suatu malam, di depan tiang jemuran baju, saya dan si Bapak Suami ngobrol ngalor-ngidul. Sekedar mengisi waktu sambil nunggu giliran mandi. Saat itu, anak gadis kami yang sedang gandrung mencuci baju di kamar mandi tengah melakukan berbagai rencana kegiatannya. Jadi ya, kami mengisinya dengan obrolan yang kadang penting, kadang juga hanya mengeluarkan suara-suara di dalam kepala.

Kami sedang membayangkan sebuah skenario utuh kehidupan seorang manusia yang sangat ideal. Semua hal dilakukannya dengan konsisten, dari mulai bangun tidur sampai memejamkan matanya lagi. Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, hubungan dengan manusia dan hubungannya dengan alam sekitar tempat ia hidup. Dengan hanya membayangkannya saja, saya seperti melihat kesempurnaan sesosok makhlukNya, iya betul, Malaikat.

Setelah itu, mengalirlah pembicaraan tentang kesempuraan dalam kisah yang tidak sempurna. Ternyata, untuk kita, manusia, ideal itu adalah kisah kebangkitan. Dulunya hidup dalam gelimang makanan junk food lalu bangkit dengan memilih makan sehat. Kita juga akan terpesona dengan penyintas yang bisa kembali hidup normal setelah rutin bergerak, berjemur matahari, grounding dan kisah-kisah sarat cela. Buat saya, Marvel menggambarkannya dengan baik dalam penokohan Peter Parker dalam Spiderman. Bahwa kita semua punya titik balik untuk siap mendaki puncak keseruan yang baru.

Rasanya ada titik saat berhenti menulis di blog juga begitu. Iyaaa, saya siap dikutuk dengan, “Halaaahhh, alasan ajaa kamyuuu!”

Selalu perlu dan butuh peremajaan alasan lagi setiap menuruni lereng terjal rasa malas sampai ke titik berhenti.

Teorinya sih, gampil. Temukan Strong Why-nya saja.

Waktu melakukannya, ahaha sesulit membuka mata di pagi hari kalau gak ingat harus bangun dan memulai hari untuk jadi matahari bagi seisi rumah. Bisa, tetapi prosesnya oh sungguh menantang.

Ada motif-motif yang bisa kita bangun dari dalam, hal-hal yang berhubungan dengan diri sendiri. Faktor intrinsik ini bisa berupa kebutuhan untuk menuangkan pikiran, aktualisasi diri bahkan kebutuhan finansial. Ada juga yang berhubungan dengan sesuatu yang bersumber dari lingkungan kita seperti menulis untuk sebuah isu yang dianggap penting, menjadi peniggalan sejarah dalam rekam jejak digital dan banyak lagi. Semua orang mungkin punya hal yang bisa jadi sama. Tetapi bukan tidak mungkin motivasi ini juga terbangun dari ranah yang sama sekali berbeda.

Maka, untuk akhirnya memilih berhenti menulis di blog-pun, setiap Emak pasti punya titik jedanya masing-masing.

Musim Pasang

Namanya juga hidup, selalu ada pasang dan surutnnya. Ada kalanya hidup sedang sulit-sulitnya, bukan hanya perkara moneter tetapi keadaan yang memang sedang menjadi kurikulum dari Pemilik Semesta. Saat kehamilan berisiko, punya bayi new born, balita yang energinya tak habis-habis, pindah rumah, pindah pekerjaan, sedang sakit, kepergian anggota keluarga, kedatangan tamu (baik diundang maupun tidak diundang), bencana alam, dan banyak hal lagi yang membuat hidup tidak bisa seideal yang direncanakan.

Dalam keadaan ini, tentu saja kegiatan (yang diupayakan) rutin seperti menulis blog harus bergerser ke prioritas paling bawah. Hal yang menjadi prioritas adalah pemenuhan kebutuhan dasar yang menyangkut hidup dan mati, seperti memastikan anak-anak makan pada saatnya.

Musim pasang ini bisa sebentar dalam hitungan hari, tetapi bisa juga lama dan memakan beberapa bulan. Berat? Oh iya, memang. Namun yakinlah, setelah musim ini berlalu, akan datang musim penggantinya. Karena hidup selalu berputar.

Banyak Ide, Banyak Mau

Selain adanya musim pasang untuk Emak-emak, ada juga musim surut. Seperti pasang-surut di laut, musim surut mendatangkan banyak sekali hasil laut yang terdampar di pantai. Biasanya saat Emak sudah selesai dengan musim pasangnya, kita eh saya sih, ada banyak wishlist yang rasanya ingin dipenuhi. Banyak keinginan yang rasanya perlu dipenuhi setelah beberapa saat bersabar ditaruh di dalam lemari.

Begitu pula dengan ngeblog, banyak ide, banyak yang ingin dituliskan. Yaa, miriplan dengan membaca buku sekaligus beberapa judul dalam satu kurun waktu. Akibatnya, tidak ada yang selesai. Ahahha. Emak lupa bahwa waktu dalam satu hari semalam tetap 24 jam dan dalam kurun waktu yang sama tetap harus membaginya dengan berbagai kegiatan lain di dalam rumah.

Dengan menjamurnya ide seperti dari buku atau artikel yang sudah selesai dibaca, film yang baru saja ditonton, hal-hal unik anak seharian, peristiwa lucu yang kejadian selama seminggu, iklan ngeselin yang tertangkap mata dan telinga, atau yah apa pun yang kita temui. Kadang, ide-ide ini mengendap begitu saja sebelum bisa naik ke tahap berikutnya, ide tertulis.

Setelah lama tidak menulis, seringnya kita lupa pernah dan bisa memulai tulisan dari mana. Mirip seperti reading slump dalam membaca buku, menulis pun bisa begitu. Punya titik pundung-nya sendiri, writers block. Saat-saat ingin berhenti menulis. Bukan hanya karena gak punya ide, tetapi juga bisa karena kebanyak ide. Lah kok bisa?

Cara mengatasi kebanyakan ide hingga kebanyakan yang mau ditulis ini sesungguhnya gampang. Kalau kata Dory sih, “Keep swimming!” Dengan terus berenang. Kalau sedang kebanyakan ide dan ingin konsisten menulis ya dengan memetakan ide. Tulis dan keluarkan semuanya dari kepala. Pilih deh mana yang paling membahagiakan untuk ditulis.

Cirinya membahagiakan? Yaitu ide yang kemungkinan berhasil diselesaikan menjadi sebuah artikel paling besar. Sampai tamat, enggak bersambung-sambung lagi.

Musim Entar, Musim yang Lain

Setelah datang musim produktif, Emak bisa berkarya lagi. Sabar-sabar dari niche yang sama, menulis misalnya, bisa jadi beda musim pilihannya semakin banyak.

Begini misalnya, mulai meningalkan blog di sebuah musim pasang, bisa saja Emak berada di era blog sedang hits-hitsnya. Saat musim produktif tiba, bisa jadi blog sudah dalam periode yang lain. Berasa keluar dari mulut gua di era yang sungguh berbeda. Banyak media sosial bergentayangan yang memanggil-manggil Emak untuk bereksperimen dengan fitur yang berbeda lagi. Pesona yang ditawarkan adalah berbagi ide dengan rentang dan durasi pendek-pendek dengan viewer yang lebih banyak. Belum lagi godaan untuk menulis naskah untuk berbagi pemikiran lewat siniar. Ah, banyak benar tantangannya!

Emang Boleh Bolos Terus di Blog?

Terus gimana? Gak musti gimana-gimana sih. Hanya perlu melihat ke dalam. Utak-atik di niat. Mau dibawa ke mana sih blog ini? Jadi jurnal syukur, cermin buat refleksi, dagangan kata, apresiasi terhadap diri dan sekitar, atau apa? Bebas, Mak. Tentukan dari lubuk hati yang paling dalam.

Selalu ada alasan untuk menulis. Tentang yang sederhana sampai yang njlimet. Selalu boleh corat-coret di blog sendiri. Selama bertanggung jawab. Emak-emak pasti udah paling tahu.

Bolos sesekali boleh. Tapi kalau keseringan juga bahaya. Ahahaha semakin lama, semakin debuan. Bae-bae beberes dan mengumpulkan niatnya lagi butuh waktu. Semangat ya, Emak-emak semuanya. Kita bisa!


Leave a comment